Rabu, 07 Desember 2016

Hallo...apa kabarmu... ♥ku

Hai cinta, bagaimana kabarmu sayangku...

Salam rindu buatmu...
Loving u as always ♥

Senin, 30 Mei 2011

Kiat Menulis Bebas Kembali ke Fitrah Manusia

Saya yakin Anda semua sudah paham, bahwa otak manusia memiliki dua belahan, yakni otak kanan dan otak kiri.
  • Otak kanan = menyukai spontanitas, penuh kebebasan, tanpa aturan.
  • Otak kiri = sistematis, runut, penuh pertimbangan.
Secara naluriah, sebenarnya setiap manusia sudah “diprogram” oleh Tuhan untuk menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri, DALAM HAL APAPUN. Sebagai contoh:
  1. Seorang perempuan jalan-jalan di sebuah mal. Dia melihat sebuah baju bagus yang dijual dengan diskon 50%. Maka PIKIRAN SPONTAN si perempuan ini akan berkata, “Wah, harus beli nih!”
  2. Seorang pemuda secara tak sengaja melihat perempuan seksi lewat di depan matanya. Maka secara spontan dia akan berkata di dalam hati, “Wah, cantiknya! Andai dia jadi milikku.”
  3. Seseorang yang disenggol oleh orang asing secara tak sengaja, maka secara spontan emosinya akan naik dan timbul NIAT SPONTAN untuk marah atau membalas tindakan tersebut.
Hal-hal seperti contoh di atas adalah REAKSI SPONTAN manusia ketika menghadapi situasi tertentu. Dan reaksi spontan ini adalah hasil pekerjaan OTAK KANAN.
Setelah reaksi spontan itu muncul, biasanya kita tidak langsung bertindak. Misalnya pada contoh nomor 1. Setelah si perempuan secara spontan berkata “harus beli”, maka dia kemudian berpikir. “Jadi beli enggak, ya?” Pikirannya pun penuh oleh berbagai macam pertimbangan. Hingga akhirnya dia MUNGKIN tak jadi beli.

Aktivitas “penuh pertimbangan, banyak mikir” dan seterusnya ini merupakan hasil kerja dari OTAK KIRI.
Secara hukum alam, kita para manusia ini memang terbiasa mengerjakan apapun dengan otak kanan dulu baru otak kiri. Spontan dulu baru mikir-mikir. Ini adalah hukum alam, sangat sesuai dengan fitrah manusia.
Masalahnya: Dalam menulis kita justru melawan hukum alam. Kita melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia!
Kita mulai menulis dengan berbagai macam pikiran dan pertimbangan:
  • Tulisan ini nanti jadinya bagus tidak ya?
  • Bagaimana kalau hasilnya jelek?
  • Bagaimana kalau nanti tulisan ini diejek oleh orang lain?
  • Bagaimana kalau tulisan ini tidak sesuai dengan tata bahasa dan ejaan yang berlaku?
  • Kalau tulisan ini saya kirim ke Kompas, dimuat enggak ya?
  • Saya ingin membuat tulisan sebagus tulisan Andrea Hirata. Tapi bagaimana kalau tulisan saya nantinya tidak bagus, jauh dari kualitas Andrea Hirata?
  • Dan seterusnya!
Dengan kata lain, belum apa-apa kita sudah pakai otak kiri! Padahal, hukum alam justru mengajarkan kita untuk menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri. Ini berlaku dalam hal apapun, termasuk dalam MENULIS.

Maka, ketika saya belakangan ini rajin memasyarakatkan KIAT MENULIS BEBAS kepada teman-teman penulis, itu didorong oleh keinginan saya agar para penulis kita kembali ke fitrahnya, kembali ke hukum alam dalam hal menulis.

Memang, kecenderungan kita untuk MELAWAN HUKUM ALAM ketika menulis sedikit banyaknya dipengaruhi oleh sistem pendidikan kita di sekolah. Sejak kecil, kita diajarkan oleh Guru Bahasa Indonesia bahwa menulis harus pakai kerangka karangan, harus mematuhi EYD, harus taat pada tata bahasa, dan seterusnya dan seterusnya. Ajaran seperti ini membuat kita berpikir bahwa menulis itu rumit, membingungkan, dan sulit untuk dipraktekkan.

Padahal sebenarnya, menulis itu sangat gampang! (seperti kata Arswendo Atmowiloto pada bukunya “Mengarang Itu Gampang!”). Bagaimana caranya agar gampang? Ya tentu saja dengan KEMBALI KE HUKUM ALAM. Kikislah habis “aliran sesat” yang diajarkan oleh guru kita di sekolah dulu. Mulai sekarang, menulislah dengan otak kanan dulu baru otak kiri.

Sumber Tulisan: Kiat Menulis Bebas

Tahap-tahap Dalam Menulis Bebas

Tahap pertama adalah TAHAP OTAK KANAN.
Pada tahap otak kanan ini, tulisan yang dihasilkan adalah DRAFT. Atau meminjam istilah Hernowo, tulisan hasil otak kanan adalah untuk konsumsi ruang privat. Atau bahasa gamblangnya, “Ini adalah tulisan untuk diri Anda sendiri. Bila misalnya Anda hendak mengirim tulisan ke Kompas, bukan draft atau hasil otak kanan tersebut yang Anda kirim.”

Tahap kedua adalah TAHAP OTAK KIRI.
Pada tahap inilah, Anda merevisi atau mengedit draft tersebut. Setelah jadi, setelah tulisannya menjadi bagus dan sesuai harapan Anda, barulah tulisan tersebut diarahkan ke tujuan semula. Bila sejak awal tulisan itu hendak Anda kirim ke Kompas, maka kini saatnya Anda mewujudkan rencana tersebut.
Meminjam istilah Pak Hernowo, hasil tulisan dengan otak kiri adalah untuk ruang publik. Maksudnya, ini adalah hasil tulisan yang akan Anda PUBLIKASIKAN.

Sekadar Info:
Tulisan-tulisan yang Anda baca di koran, majalah, tabloid, buku, bulletin, jurnal, dan seterusnya, semua itu BUKANLAH tulisan yang sekali tulis langsung jadi. Semua tulisan itu pastilah hasil dari draft 1, lalu direvisi menjadi draft 2, draft 3, draft 4, dan seterusnya. Ketika ada tulisan yang dimuat di sebuah koran, bisa saja itu adalah tulisan yang telah melewati sepuluh atau dua puluh editing atau revisi.

Karena itu, bila Anda hendak membuat tulisan yang SEKALI TULIS LANGSUNG SEBAGUS TULISAN YANG DIMUAT DI KORAN ATAU MAJALAH, maka ini adalah pemikiran yang keliru.
Jadi, sebenarnya tidak masalah bila di TAHAP AWAL tulisan Anda masih jelek, masih berantakan, masih kacau balau. Sebab setelah draft awal selesai, Insya Allah Anda masih punya kesempatan untuk merevisinya agar menjadi bagus dan sesuai harapan Anda.

Sumber Post: Kiat Menulis Bebas

Rabu, 13 April 2011

once upon a time....

suatu ketika....


dahulu kala....

al kisah...

dan sebagainya....


sangat kenal dengan kata-kata di atas? pastinyaa..hehe...
biasanya itulah kata pembuka di awal sebuah cerita...


kurang lebih begitulah awal blog ini pengennya dibuat...hehe...
semoga nantinya blog ini bisa terus menerus menulis cerita-cerita baik itu dongeng atau hal-hal yang bisa membuat kita refreshing sejenak dari keseharian kita ya...(hopefully)....

semoga menghiburrrrrrrr :)
HAVE A NICE DAY.... (^_^)